Suami Menghina Istri Gemuk

Suami Menghina Istri Gemuk

Suami tidak boleh semena-mena terhadap istri

Keharmonisan dalam rumah tangga bisa didapat jika kedua belah pihak mau untuk bekerja sama untuk saling menghargai. Bukan hanya rasa cinta yang dibutuhkan tetapi juga saling memahami agar terhindar dari kejadian saling merendahkan. Maka, hukum suami menghina istri dalam agama islam sudah diatur Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 19 yang artinya:

“Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.”

Maksud bergaul dalam ayat di atas adalah mengacu pada sesuatu yang disebut interaksi. Jadi, Allah sudah memerintahkan kaum laki-laki untuk bisa menghargai dan berkomunikasi dengan perempuan dengan cara yang selayaknya. Kalaupun ada hal-hal yang tidak disukai, maka lebih baik bersabar. Sebab, Allah-lah yang maha tahu segalanya.

Dalil yang memerintahkan suami berbuat baik kepada istri

Selain memiliki fungsi untuk menemani istri menanggung bebannya, suami juga dianjurkan untuk bersikap baik kepada istri. Hal ini sudah dijelaskan dalam banyak dalil, di antaranya:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku” (HR. At-Tirmidzi)

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suami-nya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz[1] , hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.  - (QS. An-Nisaa’: 34)

“Barang siapa menggembirakan hati istrinya, maka seakan-akan ia menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya masuk neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah akan memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Saat suami memegang telapak tangan istri, maka bergugurlah dosa-dosa suami istri itu lewat sela-sela jari mereka.” (Diriwayatkan dari Maisarah bin Ali)

Orang-orang yang menyakiti mu’min laki-laki dan mu’min perempuan tanpa perbuatan yang mereka lakukan, Maka sesungguhnya mereka telah menanggung kebohongan dan dosa yang nyata. - (QS. Al-Ahzab:84)

Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. - (QS. Ali Imran:159)

Itulah penjelasan mengenai hukum suami menghina istri dalam agama Islam. Semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua, terutama kamu yang sedang menjalani kehidupan rumah tangga atau mungkin sedang menuju ke arah sana.

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Dalam hubungan suami istri, tentunya perjalanan pernikahan tidak akan selamanya berjalan mulus sesuai yang diharapkan. Sewaktu-waktu akan ada hambatan, seperti konflik kecil yang bisa menyebabkan terjadinya pertengkaran.

Tak jarang, kata-kata yang menghina pun sering terlontarkan ketika sedang bertengkar. Baik itu terjadi pada suami ke istri, bahkan justru sebaliknya.

Padahal, seharusnya saat sedang ada konflik tidak disarankan untuk saling menghina satu sama lain. Ini berguna agar tetap menjaga keharmonisan rumah tangga. Tak hanya itu, dalam ajaran agama Islam pun seorang suami dilarang menghina istrinya, begitu sebaliknya.

Berikut Popmama.com telah merangkum dari berbagai sumber mengenai hukum dalam Islam jika seorang suami menghina istrinya.

Yuk, disimak agar situasi tersebut tidak terjadi di keluarga!

Suami sebaiknya mempertahankan akhlak mulia di hadapan istri

Mengutip dari Bincang Syariah, pertentangan antara suami dan istri memang tidak bisa terelakkan. Setiap perdebatan yang terjadi juga bisa menjadi bumbu dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Namun, ketika sudah saling hina satu sama lain, maka sebaiknya perlu dihindari oleh keduanya. Ini baik suami ke istri, maupun istri kepada suaminya.

Bahkan, Rasulullah sendiri mengatakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, suami terbaik adalah mereka yang mampu mempertahankan kebaikan akhlaknya di depan pasangan.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.”

Islam sangat memuliakan perempuan

Dalam ajaran agama Islam, perempuan sangat dimuliakan dan ditinggikan kedudukannya. Sebagaimana sabda Rasulullah, yakni:

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku. - (HR. At-Tirmidzi)

Suami yang baik dan memiliki pandangan luas tentu tidak mungkin merendahkan istrinya baik secara umum atau pribadi. Sebab, merendahkan atau menghina istrinya merupakan mereka yang tidak berpendidikan sama sekali.

Islam menjaga dan memuliakan perempuan

Dalam Islam, perempuan itu adalah sosok yang sangat dimuliakan dan ditinggikan kedudukannya, seperti sabda Rasulullah berikut:

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku. - (HR. At-Tirmidzi)

Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. dalam suatu kajiannya juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad selalu memperlakukan istri-istrinya dengan sangat baik. “Nabi Muhammad SAW ketika ribut dengan istrinya, beliau tidak pernah merendahkan Aisyah. Bahkan, beliau meminta maaf padanya. Untuk itu, kalau nabi seperti itu, maka ketika suami melihat kesalahannya istri, lihatlah ia sebagai perempuan yang banyak kekurangan, maka sempurnakan dirinya,” Jelasnya.

Dari apa yang diajarkan Islam dan kisah Nabi ini, sudah menjadi bukti yang nyata bahwasanya perempuan layak untuk dihargai. Suami yang baik dan memiliki pandangan luas tentu tidak mungkin merendahkan istrinya baik secara umum atau pribadi.

Suami memiliki fungsi sebagai qowwam

Dalam suatu kajian ceramah, ustadzah Umi Makki juga mencoba menjelaskan perihal pertanyaan bagaimana hukum suami yang menghina istrinya.

Ia menyebut bahwa salah satu fungsi suami itu adalah “Ar-rijālu qawwāmụna 'alan-nisā” seperti penggalan surat An-nisa ayat 34 yang artinya, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan...”

Namun, artinya di sini bukan hanya laki-laki lebih kuat atau lebih berkuasa, melainkan salah satu fungsi dari laki-laki adalah untuk menanggung semua beban yang ada pada pundak istri.

"Ketika melihat istrinya merasa tertekan jadilah penenang hati penyejuk jiwa. Ketika melihat istrinya tidak percaya diri, angkatlah derajatnya,” jelas ustadzah Umi Makki.

Ia juga menyebut bahwa ketika laki-laki sudah menghina istrinya, maka ia sudah menghilangkan fungsi dirinya sendiri sebagai laki-laki.

Dalil yang memerintahkan suami harus berbuat baik terhadap istrinya

Agar suami tetap berada di jalan Allah SWT untuk menjadi imam yang baik terhadap istri dan keluarganya. Berikut disebutkan dalam beberapa hadis dan ayat Alquran mengenai anjuran seorang suami berbuat baik kepada istrinya.

Berikut beberapa hal yang bisa dipegang teguh dalam membangun sebuah hubungan rumah tangga, yakni:

Barang siapa menggembirakan hati istrinya, maka seakan-akan ia menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya masuk neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah akan memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Saat suami memegang telapak tangan istri, maka bergugurlah dosa-dosa suami istri itu lewat sela-sela jari mereka. - (Diriwayatkan dari Maisarah bin Ali)

Orang-orang yang menyakiti mu’min laki-laki dan mu’min perempuan tanpa perbuatan yang mereka lakukan, Maka sesungguhnya mereka telah menanggung kebohongan dan dosa yang nyata. - (QS. Al-Ahzab:84)

Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. - (QS. Ali Imran:159)

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suami-nya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz[1] , hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.  - (QS. An-Nisaa’: 34)

Nah, itu dia hukum serta dalil yang diperintahkan oleh Allah SWT agar suami berperilaku baik dan tidak menghina istrinya.

Semoga informasi di atas bermanfaat dan bisa dijadikan pembelajaran untuk tetap menjaga keharmoniskan hubungan rumah tangga.

Suami yang sering menghina istri merupakan potret atau tipe suami terburuk dalam Islam, karena menghina akan sangat menyakiti hatinya dan membekas sepanjang hidupnya. Foto ilustrasi/ist

Suami yang sering menghina istri merupakan potret atau

terburuk dalam Islam. Dinukil dari kitab “Aswaul Azwaj”, karya Abdullah al-Ju’aitsan atau dalam edisi Bahasa Indonesia : 'Perilaku Buruk yang Harus Dihindari Suami' dijelaskan tipe suami terburuk meski tidak mutlak, adalah suami yang gemar

-nya. Karena menghina atau penghinaan, merupakan hal yang tidak akan dilupakan sepanjang hidupnya.

Padahal Islam sangat memuliakan wanita dan meninggikan kedudukannya. Perhatikan hadis berikut, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku” (HR. At-Tirmidzi)

Orang-orang yang merendahkan peremppuan atau wanita bukan termasuk orang-orang yang berpindah dari keyakinan Islam. Tetapi mereka merupakan orang-orang yang masih menganut sisa-sisa keyakinan jahiliyah dan kebodohan dalam pemikiran mereka.

Seorang suami mungkin saja tidak merendahkan wanita secara umum, tetapi secara khusus ia telah merendahkan istrinya. Ini merupakan keadaan wanita yang paling malang. Akan tetapi, suami manapun yang berketurunan baik dan luas pandangannya tidak mungkin merendahkan istrinya meski istrinya adalah orang yang tidak berpendidikan sama sekali, sedang ia sangat terpelajar.

Meski istrinya seorang yang tidak puya wawasan sama sekali, sedangkan ia seorang yang berwawasan luas. Karena, persoalan ini tidak tergantung pada kelebihan atau sifat-sifat tertentu yang dimiliki seseorang. Manusia berasal dari daging dan darah yang dilengkapi dengan perasaan dan hati nurani. Manusia yang dimuliakan oleh sang pemilik kemuliaan dan keluhuran dengan memerintahkan agar para Malaikat bersujud kepadanya.

Bagaimana mungkin manusia yang dimuliakan seperti itu boleh direndahkan? Terutama ketika manusia yang bersangkutan adalah seorang suami yang ditangannyalah kehidupan seorang istri diletakkan. Masa depannya berada di tangan suaminya. Setelah kepada Allah, kepada suaminya suaminyalah ia bergantung. Tidak ada yang merendahkan seorang istri kecuali orang yang kerdil.

Dalam tulisannya, Abdullah al-Ju’aitsan menjelaskan, tindakan pertama yang menunjukkan penghinaan terhadap istri adalah meremehkan pendapat dan ucapan wanita di mana pun dan dalam kesempatan apapun. Ada sebagian suami yang hampir-hampir tidak menghargai sat pun pendapat dari keluarganya yang perempuan, baik ibunya, saudarinya, atau putrinya atau istrinya.

Setiap salah seorang dari mereka dari mereka mengatakn kepadanya, ‘ persoalan ini sebaiknya begini’. Lalu sang suami mengetahui bahwa pendapat itu bersumber dari istrinya, ia pasti akan merendahkannya dengan mengatakan, “tidak usah ikut campur! Engkau tidak tahu apa-apa tentang persoalan ini”. Atau ungkapan semisalnya yang bersifat merendahkan. Hal ini lebih parah jika diucapkan di hadapan khalayak. Ini merupakan pembunuhan secara sengaja dengan belati beracun. Fenomena seperti ini masih ditemukan di beberapa keluarga.

Bentuk penghinaan lain adalah superioritas terhadap istri, merendahkan kedudukannya membodoh-bodohkan ucapannya, tidak meminta pendapatnya dalam segala hal, baik dalam persoalan pembangunan rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya, membeli mobil yang akan menjadi alat transportasinya, maupun dalam persoalan isi rumah yang akan dibeli.

Kita tentu saja tidak bermaksud bahwa seorang suami harus selalu mengambil pendapat istrinya. Akan tetapi, ia mestinya membuat istrinya merasa bahwa dirinya dihargai dan dihormati. Karena, bila seorang wanita telah merasa bahwa dirinya tidak dihargai dan tidak dihormati di mata suaminya dan meresa telah direndahkan oleh suaminya, ia akan merasa bahwa suaminya tidak memperlakukannya layaknya manusia, tetapi seperti binatang. Inilah wujud pernikahan yang paling buruk.

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Ikatan pernikahan memang sakral dalam ajaran agama Islam. Dua insan bersatu dalam ikatan pernikahan yang sah, seharusnya bisa terus dijaga komitmennya hingga maut memisahkan.

Selama menjadi suami istri, keduanya pun harus mengasihi, menyayangi, menghormati bahkan menjaga satu sama lain.

Namun, bagaimana nasib istri yang sering dihina oleh suami? Apakah istri boleh membalas hinaannya, apabila batas kesabarannya habis?

Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, Popmama.com telah merangkum penjelasan terkait beberapa hadis Nabi SAW.

Yuk, disimak dengan baik!

Larangan menghina siapa saja, termasuk pasangan

Islam selalu mengajarkan hal-hal baik kepada umatnya termasuk untuk tidak bersikap saling menghina. Kita juga dianjurkan bersikap dan bertutur kata yang baik. Kalaupun tidak sanggup melakukannya maka diam akan lebih baik. Seperti sabda Rasulullah yang tertera dalam hadits berikut:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

“Tidak boleh seorang mukmin menjelekkan seorang mukminah. Jika ia membenci satu akhlak darinya maka ia ridha darinya (dari sisi) yang lain.” (HR. Muslim)

Jangan dibalas karena Allah menjanjikan surga bagi istri yang tetap sabar

Dalam kenyataannya mungkin Mama sebagai istri akan mengalami perdebatan dengan suami, bahkan berujung pada ketidakserasian dalam hal komunikasi.

Khususnya dalam pernikahan, jika istri tetap sabar saat menghadapi suaminya yang sedang marah, maka Rasulullah menjanjikan surga.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, berikut sabda Nabi SAW:

“Perempuan-perempuan kalian yang menjadi penghuni surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau rida.”

Selain bukan perbuatan baik, tindakan saling menghina satu sama lain juga akan berakibat fatal bagi pernikahan jika dilakukan secara terus-menerus.

Alangkah baiknya setiap pasangan suami istri bisa saling menyayangi, menghormati dan berlaku baik agar tidak terjadi konflik yang mengancam keharmonisan keluarga.

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu'alaikum wr wb,

Ibu pengasuh rubrik konsultasi, saya sangat sedih dan juga bingung. Saya merasa tidak berharga karena selama menikah delapan tahun saya mendapat perlakuan yang kasar dari suami. Saya sering dicaci, dihina, dan dipanggil dengan kata-kata yang menurut saya tidak pantas. Selama ini saya mencoba untuk bertahan, tapi kok ya tidak kuat. Makin lama suami saya makin menjadi-jadi, dia bahkan menyalahkan saya bila saya mencoba menjawab atau menyanggahnya. Apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya bertahan? Terima kasih.

Nanda yang tegar, semoga Allah membalas kebaikan Nanda dan menambah Nanda kekuatan dalam menghadapi permasalahan.

Saat ini hati Nanda mungkin sedang luka. Kalau laui atau batu menghantam tubuh, yang patah adalah tulang tetapi kata-kata yang kasar benar-benar merobek hati kita. Dipanggil dengan sebutan 'bodoh', 'tolol', 'gendut' atau sebutan-sebutan lain jelas tidak menyenangkan. Kata-kata yang merendahkan memengaruhi harga diri kita. Namun, banyak orang yang tidak merasa bahwa panggilan-panggilan itu adalah kekerasan secara verbal. Pada kenyataannya bentuk kekerasan verbal sulit dikenali karena beberapa alasan:

- Kekerasan verbal biasanya tidak diketahui oleh banyak orang, hanya pasangannya yang mendengar.

- Kekerasan verbal terus meningkat dari waktu ke waktu pasangan menjadi kebal dan terbiasa dengan kata-kata kasar.

- Kekerasan verbal berbeda-beda bentuknya.

Kekerasaan verbal menjadi suatu budaya yang tampaknya biasa-biasa saja walaupun merusak harga diri korbannya. Bentuk-bentuk kekerasan yang lazim terjadi seperti memanipulasi, melecehkan, mendominasi, mengkritik, dan intimidasi diterima seperti kemarahan yang diarahkan pasangan.

Ketika istri melawan, suami akan mengeluarkan pembelaan dengan kata-kata ''Kamu saja yang sensitif!''. Kekerasan verbal juga kadang tidak terungkap jelas seperti kata-kata, ''Kamu bicara apa, sih''. Padahal suami tahu dan mengerti kata-kata istri. Kejadian-kejadian ini dapat membuat seorang istri merasa 'gila'.

Nanda sudah mengalami hubungan dengan kekerasan verbal selama delapan tahun. Tidak mudah bagi Nanda untuk bersikap asertif pada suami dengan mengatakan dan memberanikan diri melawan suami. Namun, usaha yang kuat dan keinginan yang kuat dapat memberi hasil yang diharapkan. Mulailah untuk bersikap tegar dengan mengatakan, ''Berhenti Mas, saya lelah. Saya tidak ingin mendengar kata-kata itu lagi.''

Berbicara tegas, yakin diri dan bahasa tubuh yang mantap harus ditampakkan ketika Nanda mencoba mengomunikasikan ketidaksetujuan Nanda pada suami. Jika sikap tegas Nanda tidak membuahkan hasil, carilah pertolongan pada seorang konselor yang memang benar-benar menangani kasus kekerasan verbal sehingga Nanda dapat mengobati sakit hati dan luka-luka hati yang pernah muncul selama ini. Mudah-mudahan Nanda berhasil mengatasinya. Amin.

sumber : Rubrik konsultasi

Anjuran agar pasangan suami istri tidak saling menghina

Baik secara hukum, ketika ada seseorang yang mengalami penghinaan, maka bolehmembalas hinaan tersebut dengan kadar tidak melebihidari hinaan yang diterima.

Namun perlu diketahui bahwa dalam ajaran agama Islam tidak hanya menilai dari aspek hukum semata saja, melainkan ada aspek seperti akhlak.

Sepatutnya, demi kelangsungan rumah tangga, pasangan suami istri diharuskan untuk mencari solusi bersama. Rasulullah pun mengingatkan kepada kita semua dari hadis yang diriwayatkan Muslim agar tidak saling menghina.

“Tidak boleh seorang mukmin menjelekkan seorang mukminah. Jika ia membenci satu akhlak darinya maka ia rida darinya (dari sisi) yang lain.”